Minggu, 15 Januari 2012

Humor

kata humor tidak asing lagi  di telinga, pasalnya hampir semua orang menyukai humor, dari anak", remaja, orang tua, bahkan lansia(nenek saia juga suka melucu) ^_^

ada yang mengartikan humor sebagai sesuatu yg lucu: ia mempunyai rasa (pahit,asem,asin, manis, kayak permen nano-nano). Akar kata “umor” mengandung arti cairan (liquidor fluid ). Pada Abad Pertengahan, humor menunjuk kepada suatuenergi yang berpikir untuk berhubungan dengan suatu cairan tubuh dan keadaan emosional. Energi ini telah dipercaya untuk menentukan kesehatan dan karakter . tujuan dari humor itu untuk memberikan kesenangan, memunculkan hal yang sebelumnya tersembunyi atau tidak diakui. Ettzzzz... tapi jangan sampai humoran kita menyakiti seseorang, seperti menghina kekurangan fisik seseorang, membuka aib. ketika menghibur seseorang harus memperhatikan etika dan estetika.

Apakah anda pernah menghibur seseorang dengan humor ?? jika jawabnnya ya, apa yang Anda rasakan ketika melihat seseorang tertawa karana humor yang anda buat, "Senang, tersenyum, bangga, bahagia" ya, tu yang kita rasakan.tapi pernahkah kita bertanya, apakah orang tersebut merasakan seperti yang kita rasakan ?
semoga humoran kita benar" menghibur dan tidak menyakiti seseorang. *doa kita semua
saia meminta maaf kepada teman" yang pernah tersakiti hati.x karna humoran saia. 

hum,,, jadi ingat malam tahun baru; 
M : Kalaw makan tu pakai hati.. (ekspresi datar). biar makanannya terasa lebih enak(lezat)
A : bukan, kalaw makan itu pakai tangan.
 All : hhahahhahaha

>.<  diem deh saia, ya sih, benar jga klaw makan pakai tangan, hahahha... nah, humor seperti ini kan memang benar (makan pakai tangan) tapi enak juga makan pkai sayur, nasi, lauk.

tdi juga lagi baca" buku, ternyata ada humor.x. pagi" jdi senyum-senyum sendiri, syukur gak ada yang lihat, haahhaha

@Guna Sebuah Lampu
"Aku bisa melihat dalam gelap," bual Nasrudin suatu hari di warung kopi
"kalau begitu, kenapa kami terkadang melihatmu membawa lampu ketika kau berjalan di malam hari ?"
"Ooooowwwwhhhh........, itu sih hanya untuk mencegah agar orang tidak menabrak ku."
(gubrak... pinter banget nasrudin ngeles.x)

@Menghadapi Kenyataan
"Heikz,,,Heikz,,,, T_T "
"Ada apa, Nasrudin?"
"Aku sedih sekali hari ini. istriku sakit"
"Oh, aku kira, keledaimu yang sakit"
"ya, memang betul, tapi aku sedang malatih diriku agar terbiasa menghadapi kejutan dengan tahapan yang lebih mudah"
(kasian banget istri.x Nasrudin.hahahhahaa)

humor mempunyai dampak dalam dunia psikologi praktis.  

Reaksi Kognitif & Afektif
Apresiasi terhadap humor tidak murni merupakan kerja kognitif tetapi diperlukan juga keterlibatan proses afektif di dalamnya. Elemen kognitif di sini mengacu pada pemahaman humor dengan kemampuan mengenali atau mendeteksi disparitas antara materi humor dan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya (humor comprehensive). Pada sisi lain, elemen afeksi mengacu pada pengalaman menyenangkan (respons emosional) terhadap materi humor tersebut (humor appreciation) .
Mendengar lelucon, pacuan denyut jantung kita meningkat, kulit tubuh pun bereaksi, disusul segera oleh reaksi afektif yang positif dan kuat (Goldstein, Harman, McGhee, & Karasik, 1975; Katz, 1993; McGhee, 1983 dalam Berry 2004). Inilah yang menjelaskan mengapa badan kita terguncang-guncang, muka memerah, nafas terengah dan telapak tangan memegangi perut ketika mendengar cerita lucu. Semua merupakan kerjasama rapi dan detil dari reaksi kognitif mengenali lelucon yang menjelma dalam reaksi fisik, disertai afeksi menyenangkan.
Humor Memacu Kreativitas
Humor dan kesehatan telah banyak diperbincangkan dan dibuktikan, karena tertawa berarti melakukan peregangan otot-otot halus tidak hanya di sekitar wajah tapi seluruh tubuh sehingga kita menjadi santai. Humor juga berkhasiat memacu kreativitas, karenanya sangat dianjurkan dalam ruang kelas maupun ruang keluarga.
Pendekatan komunikasi dan interaksi antara orangtua dan anak, pengajar dan anak didik dapat mendorong kreativitas serta kemampuan berpikir, mengenalkan nilai-nilai, mengajarkan perilaku positif dan tanggung jawab pada lingkungan sekitar, menanamkan rasa percaya dan kepercayaan diri anak-anak dengan mengenalkan satu mekanisme untuk menghadapi kesedihan, kekecewaan atau perasaan duka (Lovorn,2008).
Mengapa? Karena mengapresiasi humor tidak sekedar terbahak, dibutuhkan sensitivitas sosial mencakup momen, siapa dan di mana kita saat itu. Mungkin kita sendiri akan langsung merasa geli menghadai satu kegagalan, tetapi kita perlu berpikir ulang ketika mendapati sahabat yang begitu terpukul pada satu kejadian, tidak serta merta humor bisa menjadi obat kekecewaan. Maka, mengenalkan dan membiasakan humor pada anak-anak, sekaligus melatih banyak aspek seperti terungkap dalam penelitian Lovorn di atas.
 *http://xiitkj3.blogspot.com/p/pengertian-humor.html